Menjadi hujan.
Orang-orang dewasa itu aneh
Mereka bilang menyukai hujan, tapi selalu berlindung di balik payung, berlindung di bawah atap
Bahkan beberapa dari mereka memaki karena hujan membuat baju mereka basah
Mereka tidak benar-benar menyukai, hanya mulutnya saja, tindakannya tidak
Mereka hanya mencari sensasi atau sedang menjual romantisme
Nyatanya, mereka menyesali hujan yang tak kunjung reda
mendinginkan udara sekitar dan membuat jemurannya tak kunjung kering
Sayang cintanya hanya sebatas kata
Sayang katanya hanya sebatas kalimat status di media sosialnya
Hanya menjadi foto untuk mendukung kesenduannya
Aku rasa kita tidak akan mengerti hujan
Kecuali menjadi hujan itu sendiri
Bagaimana bila sesekali kita mendengar kata orang
Bahwa mereka menyukai kita padahal di belakang itu semua mereka tidak demikian
Manusia banyak yang seperti itu
Manusia telah terlatih untuk berpura-pura di hadapan orang lain
Memanipulasi sikapnya dan menyaring kata-katanya menjadi manis
Meski tidak dalam hati dan pikiran
Dan kita akan belajar menjadi hujan
Bahwa ia akan turun dan tidak peduli dengan banyak orang yang menyesali kehadirannya
Hujan akan tetap turun untuk ia yang membutuhkannya
Untuk orang-orang yang merindukan kedatangannya
Untuk tanaman dan hewan yang membutuhkannya
Tidak perlu menghabiskan pikiran dan hati kita untuk memikirkan orang-orang yang tidak menyukai kita
Lebih baik kita curahkan hati dan pikiran kita untuk orang-orang yang menghargai keberadaan kita
Untuk orang-orang yang mencintai kita dan menunggu kita
Meski jumlahnya (mungkin) tidak banyak
Tapi itu akan membuat hidupmu jauh lebih bahagia
Dan kamu tidak perlu bersusah payah untuk membuat hidupmu bahagia
Karena sungguh, akan selalu ada orang yang tidak menyukaimu
Dan kamu tidak perlu memikirkan yang demikian
Hujan akan tetap turun meski ia dibenci
Karena ia datang bukan untuk mereka
Ia datang untuk orang-orang yang merindukan dan mencintainya
Hidup kita seperti demikian
Hari ini, aku akan menjadi hujan
Biar aku jatuh di hatimu
Dan kamu tidak bisa menghindarinya.
– Kurniawan Gunadi (2015)